Monday, November 10, 2014

Tempat Impian

Ini salah! Salah banget! Harusnya aku membatalkan kepergianku selagi masih ada di Soekarno-Hatta!

“La, lihat sini dong!” Dia tidak berubah, tatapan matanya masih tetap hangat. Dadaku selalu saja bergetar setiap kali mendengar suara khasnya yang berat.

“Sip!” Senyumnya kembali mengembang, membuat perasaanku campur aduk. “Menara Eiffel-nya kelihatan jelas.”

Kualihkan pandanganku ke menara besi yang menjulang tinggi di seberang Sungai Seine ini, pemandangannya sangat mempesona. Seharusnya aku juga bisa ikut tersenyum lebar, berada di sini adalah impian terbesarku. Tapi nyatanya?
  
“Foto di sebelah mana lagi, nih?”

“Sudah lah, foto di mana-mana latarnya tetap saja sama.”

“Benar juga,” dia tergelak. “Rasanya seperti mimpi, impian masa SMA kita akhirnya terwujud juga.”

Aku hanya tersenyum getir mendengar kata-katanya.

“Ingat tidak, dulu kita pernah berandai-andai berlibur ke sini?” Pandangannya menerawang jauh, seakan pikirannya sedang mengembara entah ke mana.

Tentu saja aku ingat Dam, aku ingat semuanya. Bahkan setelah bertahun-tahun kita tidak bertemu, aku masih mengingatnya karena keinginanku masih sama. Begitu pun perasaanku, masih sama seperti waktu itu.

“Tuhan benar-benar mendengar harapan kita, La. Setelah kita lulus sekolah, kuliah di kampus yang berbeda, kerja di kantor yang berbeda, kita masih diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat impian kita.”

“Jangan lupa berterima kasih juga pada agen perjalanan yang membiayai wisata kita ke Paris selama 3 hari 2 malam ini.”

“Haha! Bisa-bisanya 2 pemenang utama undian itu kita, sahabat karib masa SMA. Lucu, ya?” Lagi-lagi dia tergelak.

Iya, lucu. Tapi kenapa aku tidak bisa tertawa, ya? Oh, mungkin karena otakku masih ingat bahwa kamu akan menikahi tunanganmu bulan depan.


|| -------------------------------------------------- ||

Postingan ini merupakan flash fiction yang kuikutkan lomba yang diadakan Nulis Buku Club IPB, tanggal 4-10 November yang lalu. Jumlah kata 250, tidak termasuk judul, sesuai dengan syarat. Kata seseorang yang membaca flash fiction ini, ceritanya kece. Sayang, pada akhirnya aku tidak menang. Ya mungkin ceritaku udah kece, tapi yang lain ceritanya lebih kece badai =D Nyatanya aku juga ikut naksir sama cerita pemenang pertama dan kedua lomba itu (y)

Lain kali jika ada kesempatan, aku akan ikut lomba flash fiction lagi. Karyaku yang ini adalah yang pertama dalam bidang flash fiction.

Terima kasih telah membaca!


No comments:

Post a Comment