Friday, October 31, 2014

Tidak Semua Tulisan Kita Bisa Dinikmati

Source of pict: link
Setuju kan, jika aku bilang tidak semua tulisan kita bisa dinikmati (menghibur, berguna, bahkan dibaca) orang lain? Para blogger pasti tahu itu.

Tulisan termasuk selera, ada yang membaca suatu tulisan karena dia suka dengan topik tersebut (seperti aku yang suka menulis tentang hal-hal pribadi, karena itu seleraku). Namun ada pula yang membaca suatu tulisan karena dia butuh, misalnya dia tidak suka membaca berita politik tapi demi melek situasi negaranya maka dia pun membaca berita politik.

Aku sadar bahwa tidak semua tulisanku akan dibaca orang lain, aku menyadarinya sejak lama. Tapi baru beberapa hari terakhir ini aku benar-benar mikir (lebih dari sebelumnya) tentang itu, gara-gara tulisanku dikritik oleh teman. Bukan berarti pemberian kritik itu aku anggap jelek, namun alangkah sangat membuka mata sekali saat kita diberi kritik orang lain. Sebelumnya hampir tak ada yang mengkritikku, aku jadi tidak tahu dimana celah-celah yang kurang dalam tulisanku.

Tulisan yang dikritiknya waktu itu adalah artikel yang sedang kulombakan ke arthinkle, tema lombanya adalah komitmen. Ini pertama kalinya aku ikut lomba di situ, jadi aku kebingungan harus membuat artikel yang seperti apa. Tapi kemudian aku pikir, aku kan paling oke di bidang personal matters, jadi nulis yang ada hubungannya dengan itu saja lah. Lalu aku berpikir lagi, cerita tentang menjaga komitmen dalam pacaran/pernikahan itu biasa banget, kalau mau artikelku dibaca orang lain maka aku harus bercerita tentang sesuatu yang jarang ditemui orang di artikel.

Singkat cerita, aku pun menulis tentang "Memperbaharui dan Menguatkan Komitmen Terhadap Keluarga". Itu tulisan yang ku-promote di pojok kanan atas blogku, silakan dibuka jika berkenan dan di-like jika mau (tapi harus log in dulu sih, bisa pakai akun FB/Twitter; periode lomba dibuka sampai 4 November 2014). Jujur, aku sendiri merasa tulisan itu agak tidak sinkron antara judul dan isinya. Bisa sih dihubung-hubungkan, tapi kok sepertinya kurang klop gitu. Ah, entahlah. Maaf ya, masih pemula :D

Dan inilah isi kritik temanku mengenai artikel yang kubicarakan tadi:
  
Apaan, printscreen kok isinya kotak hitam melulu :))
Tapi semua kritiknya sudah kuterima dengan baik, kok.
Lucunya, kan pemenang lomba HANYA ditentukan oleh banyaknya like yang diperoleh, jadi sebenarnya aku sudah kalah tapi masih saja berusaha mendapat like :)) Lho kok bisa tahu sudah kalah?? Iya, karena sudah ada yang mendapat 71 dan 33 likes. Sepertinya orang-orang itu pintar sekali merayu teman-temannya untuk memberikan like. Kenapa aku bisa mengatakan demikian? Lha wong tulisan yang (menurutku) sangat bagus, ditulis oleh user yang nulis lebih lama di situ, hanya mendapat like kurang dari 10 kok. Jadi kusimpulkan memang sulit mendapat like yang murni like dari pengguna situs itu, jika ada yang bisa nembus dari 30...pasti karena teman-teman mereka, kan?

No, aku tidak sedang nyinyir, aku hanya menganalisa. Ya tidak apa-apa jika aku tidak mendapat banyak like, mungkin memang tulisanku tidak bisa dinikmati banyak orang. Setidaknya dari situ aku jadi lebih tahu, lain kali apa yang harus kuberikan pada orang lain supaya mereka bisa menikmatinya.

Sekadar info, jika ada yang penasaran dengan kedua artikel yang kumaksud di atas, silakan membaca Gaya Hidup Para Remaja Pada Zaman Modern dan Komitmen Cinta Pada Tanah Air

Oh ya, karena aku menemukan banyak gambar "keep calm" yang bagus-bagus, ijinkan aku untuk share satu gambar lagi: 

Source of pict: link
Meski tidak semua tulisan kita bisa dinikmati,
tapi kita harus tetap have fun! ;)

11 comments:

  1. paling males klo ikutan loma dan penentuan menangnya di tentuin sama banyaknya like. ini kayak kita capek2 kerja tapi hasilnya di tentuin sama orang lain.
    klo gw sih ga masalah mo tulisan gw di baca, di bajak, di caci, buat gw asal pembaca blog gw bisa senyum, itu udah cukup buat gw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha =D Iya, berasa ga ada harganya kerja keras kita dalam merangkai kata di tulisan itu, ga peduli isi tulisan kayak apa, yang penting 'dapet' jempol buat nge-like #:-s
      Yang pasti jadi masalah buatku itu cuma satu: pembajakan! Bener-bener big NO *udah pernah kejadian 2x soalnya, dan rasanya digituin tuh ga enak

      Delete
  2. Setuju banget mbak, bahkan tulisan dari raditya dika mungkin engga bisa di terima sama beberapa golongan

    ReplyDelete
  3. kalo ada lomba yg pemenangnya ditentukan dr jumlah like, jumlah follower di twitter dan hal2 konyol lainnya, aku lgs coret dan ga tertarik ikut itu lomba :D

    setuju bgt dgn judul blognya.. Makanya aku ga prnh mau utk minta ke temen2 like tulisanku, ato follow my blog and kinda things like that ;p Tipe org beda2, seleranya jg beda... ga bisalah dipaksain untuk baca , like ato follow apa yg kita tulis :) .. Krn aku lbh milih punya readers yg beneran suka dgn apa yg aku tulis, drpd org2 yg hanya tpksa kasih komen mrk di blog ato tulisan yg dibuat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nge-like sesuatu yg ga kita suka, hanya karena terpaksa, buat sebagian orang rasanya ga sreg. Makanya ketika aku mempromosikan tulisanku ke temenku, aku bilang "silakan like kalo suka". Kalo ga suka ya ga usah di-like :)

      Delete
  4. Iyasih bener, semua kembali ke selera. Kayak saya mungkin gak suka dan gak akan nyambung kalo baca tulisan tentang politik yang gimana-gimana. hehehe.

    ReplyDelete
  5. bener banget. Mendingan ikut lomba yang penilaian berdasarkan kualitas, akan memabntu si penulis untuk terus membuat tulisan yanjg berkualitas. Menurut gue, kalo berdasarkan like atau semacamnya itu merupakan salah satu strategi agar si pembuat lomba di kenal orang.
    Salam kenal tandapetik.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi, bener banget!
      Tapi sebagian besar lomba jaman sekarang emang kayak gitu deh (membuat lomba biar dikenal orang)

      Delete
  6. Menulis itu seperti memasak, setiap koki punya cita rasanya masing-masing, dan setiap yang mencicipi juga punya selera masing-masing.

    Tinggal bagaimana kita berlatih dan terus berusaha memberikan cita rasa terbaik dari masakan eh tulisan kita, tidak ada tulisan yang sama sekali tidak dibaca, atau malah disebut sampah.

    Dari tulisan ini saya juga belajar hal baru, bahwa blog kita jarang dikunjungi atau tulisan kita tidak dilike, bukan berarti jelek, tapi mungkin seleranya kurang cocok dengan si pembaca.

    Sebaliknya, banyak yang nge-like atau banyak pengunjung juga tidak lantas membuat tulisan itu bagus dan enak dibaca.

    Salam :)

    Pena Arubi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penilaian yg sangat bijak :)

      Iya, satu-satunya cara melatih kemampuan seorang penulis (dalam hal ini "blogger") hanya dengan menulis dan menulis. Maka nanti kemampuan kita akan jadi semakin baik dengan sendirinya.

      Delete