Sunday, January 04, 2015

Sejauh Mana Kamu Melindungi ID-mu?

(Happy new year 2015! Aku menyambut tahun baru ini dengan kaki pegal-pegal dan sakit flu, bagaimana dengan kalian?)

Source of pict: link
Sejauh mana kita harus melindungi identitas (ID) nyata di dunia maya? Selama ini aku nggak pernah mendengar adanya aturan baku mengenai hal ini. Sejauh mana kita mengungkap jati diri yang sebenarnya di dunia maya, itu tergantung masing-masing kita. Sejauh yang aku tahu, pertimbangan itu dipengaruhi oleh tujuan kita; untuk apa kita berkelana di dunia maya.

Ada orang yang ngeblog atau aktif di forum dan sosial media untuk menunjukkan eksistensinya. Ada juga orang yang aktif di dunia maya karena tujuannya ingin berbisnis (promosi usaha, online shop, dll). Orang-orang yang punya tujuan semacam itu akan menunjukkan identitasnya yang sebenarnya (memasang foto asli, menulis nama/tempat tinggal asli). Tapi ada pula orang yang nggak mau menunjukkan identitas aslinya dan selalu menggunakan nama samaran. 

Aku pernah kenal dengan suatu akun (aku menyebutnya “suatu akun” karena kami hanya kenal di dunia maya) yang kekeuh nggak mau mengatakan nama asli dan tempat tinggalnya yang sebenarnya. Macam pengguna kaskus aja, kan? =D Tapi tempat kami berkenalan itu bukan kaskus, bukan juga situs online dating. Dia beralasan, jika dia menggunakan nama aslinya, dia bisa dengan mudah terlacak dan pekerjaannya akan terganggu. Nah lho, pekerjaan apa coba yang nggak boleh diketahui khalayak ramai? Apa jangan-jangan dia FBI? :))

Ya, berhubung aku orang yang open minded #preett jadi aku sama sekali nggak mempermasalahkan identitas palsunya. Lagipula dia selalu menggunakan bahasa yang sopan dan nggak pernah sekalipun aku menangkap kesan bahwa dia tipe laki-laki yang suka ngelaba (cari untung), jadi aku sih enjoy aja.

Kenalanku yang lain mengungkapkan bahwa dia nggak akan pernah mau mengunggah foto aslinya maupun anggota keluarganya ke internet, karena mungkin saja foto-foto itu akan dipakai oleh orang lain secara tidak bertanggungjawab. Misalnya: foto anak kecil diambil dan digunakan untuk minta sumbangan abal-abal (penipuan; katanya sumbangan untuk donasi tapi ternyata masuk kantong sendiri), foto perempuan diambil dan digunakan di situs porno, dll. Ya, semacam itulah.

Masih ingat kan, dengan ungkapan “jilboobs” yang santer terdengar beberapa waktu yang lalu? Waktu itu karena penasaran apa maksudnya, aku nanya ke mbah gugel, terus buka-buka beberapa artikel. Menariknya, banyak orang yang berkomentar di artikel itu, mengatakan bahwa si penulis tidak seharusnya main comot foto orang dan menggunakannya begitu saja tanpa ijin (sebagai contoh “jilboobs”). Tapi, hellooo~ Di dunia maya, siapa yang butuh ijin untuk mengambil gambar orang? Palingan cuma blogger-blogger macam kita dan beberapa orang saja yang punya kesadaran untuk mencantumkan sumber gambar tersebut. Tapi memang, kalau urusannya sama media sosial itu susah. Orang-orang bisa dengan mudah melihat foto-foto kita dan menyalahgunakannya.

Ada beberapa temanku yang akun sosial medianya sekarang digembok, padahal dulu tidak. Aku heran, kenapa berubah? Aku selalu berpikir bahwa akun yang digembok, pemiliknya insecure. Dia merasa takut orang lain akan memantau akunnya dan membaca status/tulisan yang dia upload. Tapi kemudian aku berpikir, mungkin dia melakukannya karena alasan pekerjaan. Pernahkah kamu mendengar bahwa perusahaan akan mulai menyeleksi calon karyawannya dengan melihat akun media sosialnya? Maksudnya, tulisan seseorang di media sosialnya sedikit banyak bisa menggambarkan si empunya, kan? Well, I just heard, it might be just a rumor.

Cerita selanjutnya mungkin mulai berasa OOT (out of topic) ya, maaf, aku nggak tahan pengen cerita.

Dari sekian macam jenis identitas, yang sudah pasti tidak kuumbar dengan mudah adalah nomer telepon. Jaman dulu, pas aku masih bego (ya sekarang juga masih sih, tapi udah mendingan), ada aja nomer nggak dikenal yang minta kenalan. Waktu itu yang kayak gitu masih kuladeni, tapi kebanyakan ujung-ujungnya pada rese. Kayak misalnya ya, kenalanku itu mengirim pesan dalam Bahasa Inggris yang nggak sopan, karena bawa-bawa kata “boobs” gitu deh. Begitu baca isi pesannya, jelas aku langsung panas, karena itu pertama kalinya aku dapat pesan rese begituan. Tapi kemudian nalarku jalan setelah aku menyadari beberapa kesalahan fatal dalam kalimatnya, seperti pemakaian to be di belakang subject dan tambahan ‘s’ pada verb maupun noun bentuk jamak. Lantas kubalas pesan itu menggunakan kalimat Bahasa Inggris yang intinya mempertanyakan maksudnya sekaligus memberitahunya bentuk kalimat yang benar. Jadi, alih-alih marah terhadap isi pesannya, aku lebih terganggu dengan grammar-nya (tapi aku cuma ngerti grammar yang levelnya masih ecek-ecek aja, itungannya belum intermediate sih aku).

Cek kalimat sekali lagi. Ok. Send.

Beberapa waktu kemudian dia membalas, “Maaf, itu tadi yang ngirim temenku. Maaf, ya…” Mampus, lu! Teriakku dalam hati setelah membaca balasannya. Eh, tunggu sebentar, aku pakai kacamata dulu biar tambah keren B-)

Setelah ganti nomer telepon, aku nggak mau lagi menanggapi pesan-pesan yang minta kenalan atau setidaknya terkesan salah kirim tapi ujung-ujungnya minta kenalan juga. Sekarang, kalau ada pesan yang "berpotensi" minta kenalan, pasti tidak akan kugubris, termasuk si Mama dan saudara-saudaranya yang rajin minta pulsa. Tapi ada satu pesan yang berhasil bikin aku ngerasa jijay banget. Waktu itu, sebuah pesan singkat dari nomer yang nggak familiar masuk ke inbox-ku. Otomatis kubuka lah. Tahu nggak isinya? “Aku kesepian nih Om, butuh teman. Aku sekarang ada di Klaten. Kalau Om mau, bisa hubungi aku di nomer ini…bla bla bla…” Kamfreettt!! Langsung kulempar tuh HP. Jijay, wooiii!!! :&

17 comments:

  1. hahaha, ngakak deh
    sms nyari om dari orang kesepian

    ReplyDelete
    Replies
    1. kali aja tuh orang sebenernya cuma mau nipu :| *tipu-tipu modus baru

      Delete
  2. Apa hubungannya bales sms sama pake kacamata dulu? Haha kocak, lagian mana dia tahu kamu pake kacamata merk apaan ? haha :D

    ReplyDelete
  3. Selamat tahun baru juga. Tahun baru gue di rumah aja. Haha.

    Kalo gue lebih terbuka sih di media sosial. Namanya juga media sosial, ajang bersosialisasi. Menurutku sih. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh sama, aku juga di rumah pas malam tahun baru, tidur.
      huahahaha =D

      Delete
  4. yang penting tetep jaga diri aja,

    tulisan yg bagus.. :)

    ReplyDelete
  5. yang penting ga upload/nulis yg macem2 di dumay. mau anonim, mau personal branding, pokoknya jaga tutur kata/sikap.
    tulisannya asik, alfa.. salam kenal yaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh kedatangan pengantin baru *sambut pake red carpet :D

      Yoi.

      Makasih. Salam kenal juga :)

      Delete
  6. minimal, punya identitas yang bisa ditampilkan ke publik dan yang hanya ke orang tertentu saja. Sama halnya no telepon juga begitu :) ada dua :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. semacam "regulasi" gitu ya jadinya? hehe. tapi bener juga sih, kita harus pinter memilah

      Delete
  7. Kalau yang terakhir itu (minta kenalan), sih, aku sering mengalaminya. Kalo ga salah ada juga yang ngaku janda gitu tru kirim SMS kenalan. Hahaha kocak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku curiga itu modus penipuan jenis baru, sasarannya para lelaki hidung belang

      Delete
  8. Yeah... nomer telpon itu udah area privat banget... Wajar lah kalo dirahasiakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, riskan banget ngumbar2 nomer telpon kemana2 :|

      Delete
  9. Iya,buang2 waktu kalau meladeni sms rese

    ReplyDelete