Tuesday, May 07, 2013

Kerugian Anti Konflik

Ilustrasi (icekiddie.files.wordpress.com)

Banyak orang memandang kata “konflik” secara negatif, sehingga kita akhirnya berlomba-lomba untuk menghindarinya. Kita menjadi orang-orang yang anti konflik, padahal sebenarnya kita tidak akan pernah selalu bisa menghindari konflik. Dengan kata lain, kita tak akan pernah aman dari yang namanya konflik serapat apapun tempat persembunyian kita. Sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah mengetahui bagaimana cara mengelolanya dengan baik, toh konflik itu tidak selalu membawa dampak yang negatif. Justru sikap anti konflik bisa menghasilkan kerugian tersendiri, misalnya: 

1. Tidak Memahami Perbedaan
Konflik akan membuat seseorang menyadari dan memahami adanya perbedaan yang terjadi antara dia dan orang lain. Jika kita selalu menghindari konflik, kita tidak akan belajar untuk berani menyampaikan pemikiran kita dan menghargai pemikiran orang lain. 

2. Tidak Mendapatkan Solusi
Tanpa adanya waktu konflik, menyadari adanya perbedaan di antara kita, dan tanpa belajar untuk mengatasi setiap perbedaan yang ada yang menjadi pemicu konflik itu, kita tidak akan mendapatkan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak.

3. Sulit Menghargai Orang Lain
Konflik yang timbul karena perbedaan kepentingan dan pendapat akan membuat seseorang mengerti bahwa hidup ini bukanlah soal dirinya saja. Banyak orang “mengalah” dan lari dari konflik karena dia menganggap lawan biacaranya tidak akan mengerti. Hal ini tidak baik karena yang terjadi justru si “pengalah” tanpa sadar sudah merendahkan lawan konfliknya dan orang itu di satu titik juga akan menyadari hal itu sehingga kemungkinan akan merasa direndahkan. Akhirnya yang terjadi justru konflik baru. 

4. Dendam
Orang yang selalu menghindar dan memilih memendam rasa tidak puasnya lama-lama bisa menyimpan kemarahan terpendam. Ia bukannya memahami adanya kepentingan dan pendapat orang lain yang harus dihargai, tapi dia justru merasa sudah memberi hutang pada orang tersebut. Padahal seharusnya konflik pun bisa menjadi sarana kita untuk menerapkan dan menyadari bahwa dalam hidup harus diberlakukan hukum emas: “Perlakukanlah orang lain seperti yang kamu harap orang lain lakukan padamu.” 

5. Tidak Sejahtera
Jika masalah tidak pernah diungkapkan, maka itu hanya akan menjadi bom waktu, menggerogoti jiwa orang yang memendamnya dan membuat hidupnya tidak sejahtera. Namun saat masalah itu diungkapkan dan memunculkan konflik (yang sehat) dengan orang yang berkaitan dengan masalah itu, maka persoalan yang ada akan kelihatan sehingga bisa dicari jalan keluarnya bersama. 

6. Hubungan Tidak Maju
Perbedaan pikiran dalam merancang sesuatu juga dapat disebut konflik. Adanya konflik berarti menandakan keterlibatan lebih dari satu kepala dalam perancangan acara itu. Seperti yang diketahui, beberapa kepala tentu lebih baik dari satu kepala dalam merancang sesuatu. Akhirnya hal yang lebih baiklah yang akan tercapai. 

7. Kurangnya Nalar, Kritis dan Kreativitas
Munculnya konflik akan membuat seseorang lebih fokus pada isu-isu persoalan yang terjadi karena adanya perbedaan pendapat, seperti sudah diungkapkan di atas. Sehingga dia akan mendorong diri sendiri untuk berpikir nalar, kritis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah yang ada. 

8. Kurang Mengenal Pasangan
Dalam hubungan pribadi antara 2 orang, konflik dapat membuat kita mengenalnya lebih lagi. Bagaimana dia berpikir, bagaimana dia memandang sesuatu, nilai-nilai hidup yang dianutnya, keinginan-keinginan serta harapannya, dsb. Dalam konflik sepasang kekasih atau bahkan suami-istri, konflik yang mereka alami akan membuat masing-masing mengerti apa yang diinginkan oleh pasangannya. Hal ini tidak hanya dapat terjadi dalam relasi pasangan kekasih/suami-istri, tapi juga dapat terjadi dalam hubungan keluarga maupun pertemanan. Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan, konflik dapat membuat mereka mengerti apa yang diinginkan anggota keluarganya yang lain atau teman mereka, sehingga pada akhirnya hubungan mereka bisa menjadi lebih harmonis. 

9. Hubungan Renggang
Apa yang kita sebut “kawan” sesungguhnya bukanlah kawan sejati jika kita tak pernah mengalami konflik dengannya. Pemikiran yang diungkapkan dengan maksud baik (nasehat), meski menimbulkan konflik, justru akan membuat hubungan semakin erat jika yang ditegur dapat menerima teguran itu sebagai wujud kasih dari si penegur. Tentunya maksud baik (teguran) juga harus disampaikan dengan cara yang baik pula (menegur).


||--------------------------------------------------------------||


Artikel ini diambil dari Renungan Harian Spirit for Woman edisi Oktober 2011, tentunya apa yang dimuat di sini sudah mengalami beberapa perubahan tanpa mengubah konten asli. 

Beberapa waktu belakangan aku menghadapi konflik-konflik kecil dengan anggota kelompokku dan kebetulan pagi ini aku membuka-buka buku renungan harian yang masih tersimpan di kamarku kemudian aku menemukan artikel ini. Setelah membaca artikel ini aku jadi semakin memahami kalau konflik memang tidak bisa dihindari, kemungkinan munculnya konflik akan selalu ada, apalagi kalau kita sedang menjalin relasi dengan orang lain. 

Ketika konflik itu muncul, bukan lari yang sebaiknya kita lakukan melainkan menghadapinya. Dalam peranku sebagai koordinator sebuah tim, serapi dan serinci apapun rencanaku pasti yang namanya konflik bisa terjadi. Minggu demi minggu, bulan demi bulan yang kami lalui bersama, mengukir cerita tersendiri dalam hidup kami. Sekalipun kami sudah berhati-hati namun konflik tetap saja terjadi, dan ketika itu terjadi yang ada di antara kami hanyalah ketidakpuasan dan rasa sungkan/tidak enak (pekewuh) terhadap personel yang lain. Tapi setiap kali masa itu datang aku kembali diingatkan bahwa dengan adanya konflik itu justru hubungan kami akan menjadi semakin kuat sekaligus menambah kemampuan (skill) kita termasuk kekreativitasan dalam mengatasi masalah pada waktu yang terbatas. Thrilling!

Konflik dalam kelompok (terutama kelompok kerja) itu biasa, justru kalau tidak ada konflik, relasi adem ayem saja, kita harus waspada sebab mungkin ada suatu bahaya yang mengintai kelompok kita. Entah itu kesulitan yang tak terselesaikan maupun bibit kepahitan yang mulai tumbuh, atau yang lain yang tidak kita duga sebelumnya, sehingga pada akhirnya kelompok kita akan terpecah belah. Jadi ketika membaca artikel ini dan merenungi konflik yang belakangan kami alami, aku merasa perlu untuk berbagi di sini supaya semakin banyak orang yang mau ‘bersahabat’ dengan konflik. Konflik itu baik kok, kalau kita mau menyikapinya dengan tepat.


"Keberadaan konflik tidak bisa dihindari, kita hanya bisa meminimalkan penyebab konflik."

No comments:

Post a Comment