Monday, April 08, 2013

Jogja Ku Cinta (JKC) 2013

Baru-baru ini, 6 April 2013, telah berlangsung aksi peduli Jogja yang dilakukan oleh ratusan pemuda Kristiani yang berada di daerah Jogja dari berbagai denominasi gereja dan PMK Universitas. Aksi yang bertajuk "Jogja Ku Cinta (JKC) 2013" tersebut dilakukan dengan cara memunguti sampah di sepanjang jalanan Malioboro, berdoa bersama demi perubahan positif di Jogja dan membagikan makanan ke orang-orang yang membutuhkan di sekitar lingkungan Malioboro. Pemilihan lokasi ini tak lain karena Malioboro merupakan jantung Kota Jogja.
     
                 
Dikutip dari Kedaulatan Rakyat, Jumat 5 April 2013, kegiatan ini merupakan bukti nyata mahasiswa yang berasal dari dalam dan luar Jogja yang peduli akan keamanan dan kenyamanan kota gudeg tersebut. Aksi ini seakan ingin mematahkan stigma masyarakat yang -mungkin baru muncul baru-baru ini, terkait maraknya kasus kekerasan- menganggap bahwa pendatang dari luar Jogja seakan tidak peduli dengan keamanan dan kenyamanan Jogja. Tidak semua pendatang -dalam hal ini mahasiswa- yang berasal dari luar Jogja melakukan tindakan negatif, justru masih banyak yang peduli, menjaga dan membantu mewujudkan kedamaian serta kesejahteraan Jogja.

Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan acara di GPDI Hagios Family Sosrowijayan yang dikemas dalam bentuk -mirip- persekutuan, dimana ada puji-pujian serta doa untuk memulai kegiatan. Tak lupa pula panitia menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan peraturan dan tentunya juga ada pembagian kelompok. Pembagian kelompok ini sangat penting, mengingat banyaknya peserta yang hadir. Ketua panitia JKC, Nilam Pamularsih, menuturkan bahwa banyaknya pemuda yang tergerak untuk bergabung dalam kepanitiaan dan peserta yang melebihi perkiraan merupakan suatu bukti bahwa masih banyak anak muda yang peduli dengan Jogja. Dari ratusan peserta ternyata ada beberapa yang masih berstatus siswa sekolah menengah. Sebelum terjun ke lapangan,
Kombes Pol Stephen M Napiun selaku Direktur Binmas Polda DIY menyampaikan sambutan guna memberi semangat peserta yang hendak memulai aksi JKC.

Lewat pukul 15.30 satu persatu kelompok mulai berangkat. Untuk memudahkan koordinasi, peserta dibagi menjadi 4 grup dengan 5 kelompok dalam masing-masing grup, dan ada sekitar belasan orang (peserta & panitia) dalam setiap kelompok. Bermodal sarung tangan dan plastic bag, semua orang mulai memunguti sampah di sekitar jalanan Malioboro, tersebar di kiri dan kanan jalan. Setiap kelompok juga dibekali sebuah sapu untuk memudahkan pekerjaan mereka.

  
 
Peserta tidak hanya memunguti sampah yang ada di trotoar samping jalan raya saja, namun juga di sekitar pedagang kaki lima dan emperan toko. Tak hanya pujian maupun ucapan terima kasih yang mereka terima, namun ada juga yang orang yang mencibir aksi tersebut. Hal itu lumrah terjadi karena aksi JKC ini baru yang pertama kalinya diadakan, belum banyak orang yang tahu. Akan tetapi semangat peserta JKC tetap menyala, motivasi mereka yang ingin melakukan sesuatu bagi kotanya itu membuat mereka tetap bertahan. 

 
 
Setelah selesai memunguti sampah di jalanan Malioboro, peserta JKC beralih ke Alun-alun Utara bersama-sama -per kelompok- dengan berjalan kaki. Hari sudah sore ketika mereka sampai di sana, kegiatan pun dilanjutkan ke agenda selanjutnya yaitu doa bersama untuk kota yang mereka cintai itu. Setiap kelompok berkumpul di titik tertentu, duduk bersama dan saling bercengkrama di bawah langit Jogja yang semakin menggelap.

Acara doa bersama juga diisi dengan perkenalan anggota kelompok supaya keakraban semakin terbangun di antara peserta dan panitia, tak ketinggalan pula sharing dari tiap-tiap peserta mengenai acara tersebut. Dalam Grup 1 - Kelompok 3 misalnya, banyak peserta yang memuji adanya aksi semacam ini. Menurut mereka, selain ikut menjaga kebersihan kota, gerakan ini juga membuat mereka sendiri semakin peduli dengan kota Jogja, sehingga JKC tak hanya berdampak ke masyarakat namun juga ke dalam diri peserta juga. Selain itu ada pula yang menyampaikan saran untuk JKC selanjutnya supaya juga turut membersihkan daerah Alun-alun Utara dan untuk selanjutnya aksi pembersihan kawasan Malioboro tidak dilakukan pada jam-jam tersebut karena pada sore hari jalanan Malioboro telah dibersihkan oleh petugas. Peserta dari kelompok lain juga ada yang menuturkan kurangnya koordinasi panitia, akan tetapi secara keseluruhan kegiatan ini dirasa berdampak luar biasa bagi mereka.

Mendekati pukul 18.30 peserta mulai bergerak untuk membagikan makanan di sekitar kawasan Malioboro. Hujan rintik-rintik yang mulai mengguyur Jogja kala itu tak menyurutkan langkah mereka untuk terus menyusuri jalanan panjang nan dingin. Makanan yang dibagikan ada 2 macam yaitu snack (roti, air minum, makanan ringan) bagi orang-orang maupun pengunjung Malioboro dan nasi bungkus (nasi bungkus, air minum) bagi orang-orang kurang mampu. Peserta yang membagi makanan tersebut tersebar ke sekitar kawasan Malioboro. Daerah pertama, sepanjang Jl. Bhayangkara, dilanjutkan ke Jl. Joyonegaran, kemudian berakhir di Jl. Sosrowijayan sebelum akhirnya kembali ke GPDI Hagios Family. Kedua, sepanjang Jl. A. Yani dan Jl. Malioboro, kemudian kembali ke Jl. Sosrowijayan. Ketiga, sepanjang Jl. Mayor Suryotomo ke utara, lalu kembali lagi ke Jl. Sosrowijayan. Total jarak yang ditempuh peserta sejak keluar dari Jl. Sosrowijayan menuju Alun-alun Utara dan sampai di Jl. Sosrowijayan lagi kurang lebih 3 km. Bukan jarak yang terlalu jauh memang, mengingat pengunjung Malioboro biasanya sanggup maraton bolak-balik di sepanjang jalanan Malioboro untuk belanja atau sekedar cuci mata. Hanya saja kali ini peserta JKC tidak bolak-balik di Malioboro untuk berbelanja, namun untuk ‘bekerja’.

  
  
Acara yang dimulai dari GPDI Hagios Family Sosrowijayan akhirnya ditutup juga di tempat tersebut. Peserta yang kembali ke GPDI Hagios Family Sosrowijayan tidak tiba secara bersamaan, ada yang sudah sampai pukul 19.30 tapi ada juga yang belum. Di akhir acara, terlihat bahwa peserta banyak berkurang. Mungkin karena terkendala kepentingan lain, ada peserta yang tidak mengikuti rangkaian acara sampai selesai. Akan tetapi peserta yang masih bertahan tetap giat melakukan aksi JKC sampai akhir.

Aksi JKC direncanakan akan rutin diadakan setiap tahun, itu berarti kemungkinan besar akan ada lagi aksi lain dari JKC di tahun-tahun mendatang. Diharapkan JKC selanjutnya semakin baik dan kreatif, dan tentunya tidak melupakan esensi dari JKC itu sendiri. Karena biasanya acara yang rutin dilakukan pada akhirnya hanya akan berakhir sebagai rutinitas belaka. Mengenai bagaimana aksi JKC selanjutnya supaya lebih mengena ke masyarakat sekitar sekaligus peserta dan juga panitianya, itu merupakan tantangan tersendiri bagi pihak penyelenggara. Kiranya aksi-aksi seperti ini dilakukan tidak semata-mata untuk kepuasan pribadi maupun pencitraan diri, namun lebih kepada aspek pelayanan masyarakat. Dengan berakhirnya JKC 2013 bukan berarti berakhir pula kepedulian mereka, justru inilah awal perubahan positif anak muda di daerah Jogja dan perubahan kota itu sendiri.


1 comment: